Penikmat Sastra Di Kota Kupang Disuguhkan Puisi Dan Cerpen Oleh Sastrawan Ternama
Kupang, IKJ- kegiatan Apresiasi Sastra yang dihadiri oleh para penikmat sastra dari berbagai kalangan berlangsung hangat di lantai II Grand Mutiara Ballroom, Pasir Panjang, Kupang(21/11/15). Kegiatan tersebut dihadiri oleh pemateri yang merupakan sastrawan ternama Indonesia yang diantaranya Ahda Imran sastrawan dari Bandung, Amfanche Frank sastrawan Kupang, AS Laksana sastrawan dari Jakarta, Ishack Soniav sastrawan dari Kupang,Joko Pinurba sastrawan dari Yogyakarta, Mario F Lawi sastrawan dari Kupang, Wayan Sumarta sastrawan dari Bali dan dan Yusi Pareanom dari Jakarta.
***
Penampil pembuka dalam kegiatan tersebut diawali oleh Nera Klemens yang menggetarkan ruangan Grand Mutiara dengan memainkan sasando, kemudian dibuka dengan puisi yang dibawakan oleh Ishack Sonlay yang berkaitan dengan Dilinove yang merupakan perpaduan antara cinta dan melakonia. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh Ahda Imran, ia membacakan hasil karyanya yang berjudul Rusa Berbulu Merah, karya ini merupakan kumpulan puisi terbarunya, dan perlu diinformasikan Beliau merupakan anggota Persatuan Sastrawan Indonesia Baru(Persib). Setelah penampilan dari Ahda Imran kemudian diikuti oleh Romo Amanche yang membacakan puisi dan salah satu esai berbahasa Melayu Kupang yang berjudul Orang Potong Kepala dan Kepala Potong Orang. Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan puisi yang dibawakan oleh Mario Lawi yang membawakan tiga puisi, puisi puisi yang dibawakannya membuat situasi ruangn menjadi hening seketika. Tiga puisi yang ia bawakan adalah Mawar yang ia tuliskan ketika ia masih SMP, kemudian puisi Ave Maria 1 yang merupakan kumpulan puisi dari Lelaki Bukan Malaikat dan yang terakhir dalah puisi Hujan Malam Jatuh yang pernah ia publikasikan di Sastra Santarang.
Penampilan selanjutnya adalah dari Yusi Avianto Pareanom, ia membacakan cuplikan cerpennya yang berjudul Telur Rebus dan Kulit Kasim. Suasana dalam rangan juga dimeriahkan oleh pembacaan puisi dari Wayan Jengki Sunarta, yang merupakan puisi pertamanya yang berjudul Lovina, puisi ini menggunakan laut untuk melukiskan perempuan dan penampilan terakhir adalah dari AS Laksana, beliau membawakan sebuah cerpen yang berjudul Otobiografi Gloria, namun pada awal pembacaan ia tidak membacakan judul tersebut dengan maksud untuk memberikan kesempatan bagi para peserta untuk menuliskan judulnya yang kemudian dianggap paling baik judulnya akan diberikan hadiah buku miliknya. Penampilan terakhir yang ditunggu-tunggu adalah penampilan dari Joko Pinurbo, dengan puisi pertama yang ia bawakan adalah Celana Ibu, puisi ini mengandung makna bahwa Kristus sebagai
Berpose bersama-ekspresi anggota apresiasi seni baca sastra(21/11/15)
manusia sekaligus Allah dapat ditampilakan melalui sisi humoris.
Kegitan tersebut dilanjutkan dengan diskusi yang dipimpin oleh Sivester Hurint, suasana diskusi pun berlangsung dengan hangat. Ada beberapa pertanyaan menarik yang diajukan oleh peserta diantaranya pertanyaan yang dilontarkan oleh Irenius Alupan, mahasiswa Undana Semester 5. Pertanyaannya berkaitan dengan karakteristik penulisan puisi. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Joko Pinurbo yang mana ia menyarankan bahwa puisi haruslah menarik denagn pemilihan diksi yang tepat, menggunakan kata yang sederhana dan harus punya imajinasi yang tinggi dan fantasi.
Kemudian berkaitan dengan bahan-bahan yang digunkan agar tidak macet dalam menulis, beliau menjelaskan bahwackita harus membaca secara berulang-ulang kemudian melakukan reportase,dan melakukan wawancara dengan orang yang berpengelaman. Kemudian dariAS Laksana, ia menyarankan agar pemerintah mengadakan perpustakaan di desa-desa, kemudian bagi para kaula muda yang bergairah didunia puisi untuk boleh memasukan puisinya di blog, dan pesan terakhirnya ia mengatakan bahwa tidak ada cara yang lebih efektif kecuali menulis. TJ.***