Anggota Mapala mempraktekan cara mengevakuasi korban dari ketinggian

Anggota Mapala mempraktekan cara mengevakuasi korban dari ketinggian di Jembatan Oesapa, Kota Kupang, NTT, Sabtu (29/10).

Kupang, ilkomunwira – Mapala (mahasiswa pecinta alam) komunikasi, FISIP,  UNWIRA, belajar mengevakuasi korban menggunakan teknik rapling bersama tim tagana (taruna siaga bencana) di jembatan oesapa, sabtu (29/10) kemarin.

Dengan tema pelatihan keamanan dan keselamatan, mapala unwira menjalin kerjasama dengan tagana untuk berlatih rapling dijembatan oesapa. Sebanyak 30 anggota mapala begitu antusias mendengarkan penjelasan dari instruktur tagana, Irfan Mega (34), mulai dari pengenalan alat-alat rapling, teknik pembuatan kompor sederhana, tenik pertolongan pertama pada orang pingsan, hingga cara mengevakuasi korban dari ketinggian. Kegiatan yang berlangsung dari pagi hingga petang itu, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa agar siap menghadapi situasi darurat.

Meskipun baru pemula, namun anak-anak mapala berhasil menjalankan pelatihan ini dengan baik, tanpa ada satupun yang mengalami cedera. Segala proses berlangsung alot dan mendapat banyak perhatian dari warga sekitar. Khususnya saat melakukan rapling dari atas jembatan oesapa.

“Mapala sering melakukan kegiatan di hutan-hutan sudah tiga gunung dipulau timor yang telah kita daki, ada gunung Mutis di Soe, gunung Lakaan di Belu, dan gunung Timau di Amfoang Selatan, namun kegitaan kami di alam tidak terlalu safety, untuk mengatasi hal ini, maka kami sengaja membuat kegiatan ini untuk belajar teknik-teknik keselamatan dari pihak tagana”.  kata Yoky selaku ketua mapala.

Menurut Irfan, pemuda jaman sekarang  lebih sering  menghabiskan waktu di tempat-tempat nongkrong seperti mall dan cafe ketimbang melakukan sesuatu yang penting. “saya sangat mengapresiasi ada anak-anak muda yang mau menghabiskan waktu untuk melatih skill, sebagai orang NTT sudah seharusnya kita tahu dan mengenal alam kita lebih dekat, dengan pelatihan semacam ini dia berharap para anggota mapala ini siap ketika bangsa memerlukan bantuan” lanjut Dia.

Masih irfan, NTT merupakan salah satu provinsi rawan bencana dengan kondisi banyak gunung dan cuaca yang tropis, dengan membagikan ilmu seperti ini dia berharap juga ada bibit baru yang bisa membantu tugas tagana menyelematkan korban bencana. Dia berharap kerjasama serperti terus bisa terus berlanjut dan semakin intens.

Senada dengan irfan, Yoseph Andreas Gual selaku ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Unwira sekaligus pembina mapala, berharap dengan kegiatan-kegitan seperti ini akan menumbuhkan semangat anak-anak mahasiswa dan membuat mapala tetap hidup, pada akhirnya nanti mahasiswa pecinta alam selain bertugas menjaga alam indonesia tapi siap juga menjadi relawan ketika diperlukan.

“Sejak tahun 2014 hingga saat ini kami sudah menjelajasih gunung-gunung di pulau timor, dan untuk tahun 2017 kami memiliki rencana untuk melakukan pendakian di gunung Inerie ngada pulau Flores, oleh karena itu segala sesuatunya sudah kami persiapkan sejak dini salah satunya adalah dengan melatih keterampilan keselamatan seperti ini” terang Yoky.